NgeShare - Memahami Kekecewaan

by - 12/01/2017


Beberapa waktu yang lalu ceritanya saya baru nyoba beli barang secara online. Yah, kebetulan waktu itu juga baru punya kartu ATM dan selesai ngaktifin mobile banking. Setelah punya kartu ATM sama ngaktifin mobile banking, awalnya ndak ada keinginan buat beli barang secara online. Tapi berhubung waktu itu saya ngelihat kondisi bodi motor kesayangan yang udah keliatan baret, retak-retak dan bahkan ada yang pecah di beberapa bagian, terutama di bagian pengait sekrupnya, hasrat untuk membeli bodi motor baru pun muncul.

Awalnya sih nyoba nyari-nyari di beberapa toko sparepart motor yang ada di kota rantau, tapi setelah muter-muter nyari sana sini, nggak juga ketemu. Akhirnya nyobalah buat searching di toko online, dan benar saja, di toko online barang yang saya cari dengan mudahnya bisa saya temukan di sana. Di sana begitu banyak ragam pilihannya, sampe-sampe bikin saya bingung mau pilih yang mana.

Setelah berbingung ria dalam memilihnya, saya kemudian memutuskan untuk membeli tiga bagian bodi terlebih dahulu seperti sayap dalam, legshield tengah, dan tameng bodi depan. Sebenarnya pengennya sih beli lengkap, tapi berhubung dana waktu itu terbatas dan juga masih ada keperluan lainnya, alhasil nyicil tiga barang dulu nggak apa-apa.

Nggak perlu nunggu waktu lama kayak nunggu jawaban dari dia (do'i), cukup nunggu tiga hari saja, barang yang saya pesan pun tiba. Yah, meskipun baru dua yang datang, itu membuat saya lega. Ya, lega, soalnya dua barang tersebut tiba dengan semestinya alias sesuai dengan yang saya pesan di toko online tersebut.

Namun, kelegaan itu perlahan-lahan tergantikan dengan rasa cemas. Ya, cemas, kayak kamu yang lagi cemas ketika do'i lama nggak ngasih kabar.

Rasa cemas yang saya rasakan itu muncul dikarenakan barang ketiga yang saya pesan tak kunjung datang. Awalnya sih saya ndak terlalu kepikiran kalau barangnya nggak sampai-sampai, mungkin barangnya masih otw dan kejebak macet gara-gara ada rombongan godzila lagi nyebrang atau mungkin masih stay belum move on di kantor jasa pengiriman. Tapi ketika sudah hampir menginjak hari keenam dari jadwal yang seharusnya sampai dalam waktu tiga hari, kecemasan semakin kuat saya rasakan. Apalagi sewaktu saya cek status pengiriman di aplikasi toko online yang saya gunakan, statusnya nggak ada pembaharuan sejak dua hari pengiriman. Saya cek terus, statusnya masih jomblo manifested di kantor pengiriman. Hal itu bikin saya ngerasa gemes karenanya. Alhasil beberapa kali saya menghubungi penjual, berharap segera dapat kepastian barang yang saya pesan. Kemudian saya pun mendapat kabar kalau ternyata barang yang saya pesan telah sampai di kota domisili saya berada, namun barangnya masih berada di kantor jasa pengiriman. Mendapati kejelasan tersebut, saya pun merasa lega (lagi) dan esoknya barangnya pun tiba.

Menunggu cukup lama dan akhirnya tiba juga, awalnya sih saya merasa antusias karenanya dan secepatnya pengen segera memasangnya di motor waktu itu juga. Namun, setelah membuka bungkusnya, saya mendapati ketidaksesuaian dengan kondisinya. Ya, ketidaksesuaian, pasalnya barang yang saya pesan tersebut saya terima dalam kondisi yang telah pecah. Mengetahui hal itu, kecewa, jengkel, lemes, dan menyesal saya rasakan.

Di tengah perasaan kecewa itu, saya pun teringat tentang bagaimana cara agar uang pembelian saya dapat dikembalikan lagi. Saya ingat kalau misal barang yang pembeli terima tidak sesuai dengan pesanannya atau dalam kondisi yang tidak semestinya seperti rusak, pembeli dapat mengajukan komplain dan meminta pengembalian uang. Tanpa berpikir terlalu lama, saya pun dengan segera mengajukan komplain. Diskusi terlebih dahulu dengan penjual adalah solusi yang ditawarkan toko online sebelum saya dapat menerima uang pengembalian. Tak butuh waktu lama, penjual pun segera merespon komplain yang saya ajukan. Awalnya dia merasa tidak percaya dengan komplain yang saya ajukan, tapi setelah saya tunjukan foto dari kondisi barang yang dia kirimkan, dia pun ikhlas jika uang yang dia terima dikembalikan. Mungkin ini yang disebut dengan menanggung resiko, baik penjual maupun pembeli, resiko bisa saja menghampiri.

Dengan cara transfer, penjual menghubungi saya melalui WA untuk meminta nomor rekening dan segera mengembalikan uang pembelian. Tak menunggu waktu lama, uang pengembalian pun saya terima.

Jujur saja, saya sebelumnya merasa kecewa dan jengkel kepada penjual yang mungkin kurang baik dalam pengemasan barang yang dikirimkannya. Ya, wajar saja itu saya rasakan, sebab saya hanya manusia biasa. Namun, setelah saya melihat foto profil WA dari penjual yang menggunakan foto anak kecil yang saya rasa itu adalah anaknya, saya merasa cukup menyesal dengan rasa jengkel yang saya rasakan itu.

Dari kekecewaan, dan rasa jengkel yang membutakan, saya sampai tidak menyadari bahwa dari barang tersebut sebelumnya ada rasa percaya dan usaha. Rasa percaya dari penjual kepada saya yang akan menepati janji untuk memberi respon baik ketika barang yang dikirimkannya telah tiba nanti. Kemudian usaha, usaha dari penjual untuk mengirimkan barang dagangannya agar sampai kepada pembeli dengan semestinya.

Kekecewaan yang begitu besar membuat saya lupa bahwasannya ada jarak yang dilalui untuk dapat menemui. Dan dari jarak yang dilalui bukan tak mungkin ada resiko atau hambatan yang dijumpai. Apalagi kita tahu sendiri kalau melalui jalur darat, ya kondisi jalanannya kayak gimana. Kadang ketemu tikungan menyakitkan, kadang ketemu tanjakan dan turunan, sampai ketemu jalan yang berlubang. Ditambah lagi dalam sebuah pengiriman pasti nggak cuma satu dua barang yang diangkut, tapi ada buanyak. Beraneka ragam pula bentuk dan ukurannya. Mungkin bisa jadi barang yang saya pesan terhimpit oleh barang lain yang lebih besar atau kebentur sewaktu melewati jalan berlubang.

Dari kekecewaan yang saya rasakan sebelumnya itu, alangkah baiknya saya bersyukur. Ya, bersyukur, bersyukur atas nasib yang bisa dibilang sedang tak mujur. Mengingat bahwa manusia hidup tak selalu dengan nasib mujur (untung), meski itu yang selalu didambakan. Ada baiknya sesekali menerima ketidakmujuran, sebab darinya ia dapat mengingatkan agar kita tidak terbuai dalam kehidupan. Bersabar menahan diri, cermati sebelum meyakini. Jika masih ragu jangan terburu-buru, jika sudah yakin lekas mantepin...

Sawer


Anda suka dengan tulisan-tulisan di blog ini? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan blog ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol sawer di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

0 comments