NgeShare - MOS / OSPEK

by - 7/31/2015


Sungguh kecewa saya melihat berita-berita MOS / OSPEK di televisi, maupun di berbagai media yang ada saat ini. Pasalnya masih tetap saja ada sekolah yang mewajibkan murid barunya untuk mengenakan atribut-atribut aneh bin nyeleneh. Lebih kecewanya lagi ketika mendengar komentar dari pihak sekolah yang diwawancarai. Mereka berkata bahwa hal itu hanyalah sebagai sarana untuk melihat kreativitas murid barunya. 

Kalau bicara kreatif enggaknya, kenapa harus dengan menyuruh mereka mengenakan atribut-atribut yang justru akan mengundang tawa. Kalau emang masalah kreativitas, kenapa nggak disuruh saja untuk membuat keterampilan seni, kalau gak gitu ya sekalian disuruh buat penemuan baru yang justru malah bikin bangga negaramu. Bukan justru membuat orang tertawa ataupun malu. Apa mau jika orang luar sana menganggap, bahwa kita mendidik penerus bangsa hanya untuk menjadi komedian atau badut jenaka, bukan sebagai intelektual yang memberi manfaat bagi negerinya.

Lalu tradisi membentak, bukankah mos / ospek itu suatu media pengenalan siswa terhadap lingkungan dan aktivitas sehari-hari di sekolah, agar mereka nantinya siap untuk mengikuti kegiatan belajar, lalu mengapa ada pembentakan? Apa sebagai cara pendislipinan atau hukuman bagi murid baru yang melakukan kesalahan, atau sebagai sarana tes mental? Hello...ini kan acara pengenalan men, bukan acara wajib militer atau uji nyali yang bikin bulu kuduk gemeter, pake tes mental segala.

Bukankah saat berkenalan itu kita harus dapat memberi kesan yang baik, agar dapat membuat nyaman bagi mereka yang baru datang. Ada pepatah pula mengatakan "tak kenal, maka tak sayang", tapi bagaimana kita mau sayang kalau baru pertama kenal saja di bentak-bentak sampai ada yang disuruh push up. Bukan merasa sayang yang ada, tapi justru merasa tak nyaman bahkan bisa jadi dendam. Suasana yang harusnya menyenangkan, justru menjadi tegang, inikah yang namanya pengenalan? 

Saya tahu pasti tak ada orang yang mau dibentak-bentak, begitu juga kamu, iya kan? Saya dapat berkata begini, karena memang saya sendiri juga pernah mengalami, suatu acara yang mengatasnamakan pengenalan, yang justru realitanya tak begitu demikian. 

Sungguh prihatin rasanya, apakah tradisi seperti ini patut untuk dipertahankan?
Tak adakah cara lain yang lebih etis atau menyenangkan? Misalnya seperti berkumpul dalam kegiatan kebersamaan yang positif dan aman. Tanpa ada rasa malu maupun menyimpan rasa dengki, melainkan rasa saling mengerti, mengasihi. Kegiatan bersama yang dapat menimbulkan kesan, rasa nyaman dan rindu untuk dapat mengulangnya kembali.

NB: Orientasi adalah peninjauan, meninjau atau melihat-lihat agar dapat kenal. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Sawer


Anda suka dengan tulisan-tulisan di blog ini? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan blog ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol sawer di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

0 comments